Selasa, 04 Februari 2014

Mengenang Yuli

Yuli, atau kami di kantor memanggil dia : 'mbak Yuli' ... Dia adalah staf keuangan di kantor kami.. Orangnya kecil mungil berkacamata, hitam manis...dan sangat tenang bahkan cenderung dingin. Kalau berkata-kata selalu apa adanya.. Becanda seperlunya, bukan tipe 'byayakan' dgn emosi yang melompat lompat seperti saya...

Saya tidak mungkin menganggap dia sahabat, karena kami tidak dekat sebagaimana layaknya sahabat yg suka nonton bareng, atau saling curhat... Boleh dikata hubungan saya dan dia benar-benar sebatas profesi saja.. Antar karyawan...

Waktu dia menikah.. Nyaris tak ada seorangpun di kantor kami yang datang ke pesta.. karena mereka (yuli dan mas Yitno) menikah di kota Pare, Kediri... Namun demikian, bahagianya terasa sampai di kantor kami di Jakarta.. 

Waktu mb Yuli melahirkan anak pertama, saya sendiri sudah menikah dan tinggal dan bekerja dj Singapura.. Saya masih ingat surat yang dia kirim.. Itu sebelum jaman email atau semua peranti chatting , jadi suratnya benar-benar surat orisinil yang ditulis tangan dan saya senang sekali menerimanya karena saya suka mendapat surat .. Haha.. 
Isinya , khas mb Yuli... Tenang, dan mendetail menceritakan proses kelahiran anak pertamanya, Emanuella... Beda dengan surat dari teman saya Elisabeth yang  menceritakan hebohnya pernikahannya yang menggunakan adat Batak dan berlangsung seminggu penuh.. Haha.. 

Saya menerima surat dari mb Yuli dengan penuh rasa syukur.. Untuk perhatian yang dia berikan pada saya yg sedang dirantau tanpa suami (karena suami kerja di Jakarta).. Terlebih karena suratnya, yang hanya satu-satunya yang pernah saya terima itu, berisikan kesaksian yang indah, tentang bagaimana mereka menyambut kedatangan Ella ke dunia..

Kemudian saya terputus hubungan cukup lama dengan mb Yuli.. Padahal saat itu kami sudah tinggal berdekatan, karena setelah setahun di Singapura, saya memutuskan untuk melahirkan dan menetap di Jakarta lagi.. Kami hanya bertemu saat perayaan ulang tahun James dan Jason.. Dan saat kelahiran Adik Ella (ah saya lupa namanya).. Dan terakhir saat kelahiran anak ketiga saya, Joshua...

Kemudian saya mendapat kabar dari rekan kerja saya , Monik, yang mengabarkan kalau Mb Yuli menderita kanker payudara. Saat itu saya sudah pindah rumah lagi, cukup jauh dan saya tidak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk dia... (Sampai disini saya benar-benar merasa tidak pantas jadi temannya... Teman macam apa saya ini?)

Siang ini, saat menerima telpon dari nomer tak dikenal yang ternyata adalah nomer telpon Mas Subekan rekan kerja kami ... Antara senang karena sdh lama kami tidak berkabar satu sama lain.. Tapi mendadak diterpa badai kesedihan, seperti awan gelap tiba-tiba datang.. Seperti langit mendadak runtuh.. Mengabarkan kepergian mb Yuli..dan untuk waktu se-krusial inipun saya masih tidak dapat menjumpainya untuk terakhir kali.. Saat berbincang dengan mas Yitno ditelpon, dengan suara tersendat dia mengatakan kalau 'Yuli sudah bebas'...

Mungkin memang sebaiknya saya hanya mengenang kehidupannya, perhatian yang selalu dia berikan, dan terutama kesaksian hidupnya, pelayanannya, kebaikan hatinya...  Dan bukan mengingat saat kepergiannya.. 

....for my dear friend, who lost the battle but won the fight.. 'till we meet again... The Lord will take care of you now...